Earth

Executive Training on Border Management 2025: Dosen UPNVY Berbagi Pemikiran tentang Isu Perbatasan Kontemporer

Kuala Lumpur, 2 September 2025 – Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) bekerja sama dengan Jabatan Perkhidmatan Awam (JPA) Malaysia dan Majelis Keselamatan Negara (MKN) Malaysia menyelenggarakan kegiatan Executive Training on Border Management 2025.

Pada sesi pagi, Dr. Fauzan, dosen Departemen Hubungan Internasional, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY), membawakan materi bertajuk “Managing Borders Today: Concepts, Limology (Border Studies), and Contemporary Debates”.

Dalam paparannya, Dr. Fauzan menekankan bahwa batas negara tidak lagi bisa dipahami semata sebagai garis statis di peta, melainkan sebagai ruang hidup yang dinamis. Perbatasan dipengaruhi oleh isu konflik, keamanan, diplomasi, mobilitas, hingga interaksi sehari-hari masyarakat. Ia juga memperkenalkan konsep Limologi (Limology) sebagai bidang kajian lintas disiplin yang mempelajari perbatasan dari perspektif geografi, politik, sosiologi, hukum, hingga antropologi.

Sesi ini menyoroti bahwa manajemen perbatasan saat ini tidak hanya terkait dengan kedaulatan dan keamanan, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan masyarakat lokal serta kerja sama lintas batas. Perdebatan kontemporer, seperti keamanan versus mobilitas, integrasi versus eksklusi, serta munculnya bentuk perbatasan baru yang non-fisik (digital, kesehatan, lingkungan), turut menjadi isu penting yang diangkat.

Pada sesi siang, Dr. Fauzan bergabung dalam diskusi panel bersama Prof. Dewi Fortuna Anwar (Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN, Indonesia) dan Dr. Aizat Khairi (UKM). Panel ini membahas peran ASEAN dalam menangani sengketa perbatasan serta mekanisme penyelesaiannya secara damai.

Diskusi yang berlangsung hangat ini menegaskan bahwa perbatasan tidak hanya menyimpan potensi konflik, tetapi juga peluang kerja sama. ASEAN dipandang memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas kawasan melalui dialog, diplomasi, dan penyelesaian sengketa yang konstruktif.

Melalui kegiatan ini, semakin ditekankan bahwa menjaga perbatasan bukan hanya persoalan garis teritori, tetapi juga membangun kepercayaan, solidaritas, dan masa depan bersama di Asia Tenggara.

Bagikan